Monday 22 December 2025 - 02:35
Rajab, Bulan Kesempatan Nyata untuk Dekat kepada Allah

Hawzah/ Ayatullah Huseini menegaskan bahwa pencapaian terpenting di bulan suci Rajab adalah kedekatan sejati dengan Allah. Ia menyampaikan bahwa nilai ibadah dan doa tidak ditentukan oleh banyaknya amal, melainkan oleh kadar keikhlasan, niat, dan kehadiran hati seorang hamba. Menurutnya, terkabulnya doa juga bergantung pada terpenuhinya syarat-syarat serta ketiadaan penghalang, bukan sekadar pengulangan atau desakan lahiriah.

Berita Hawzah – Ayatullah Sayyid Mujtaba Huseini, anggota Majelis Khobregan Rahbari dan perwakilan Pemimpin Tertinggi di Irak, pada hari Minggu dalam program televisi Aftab-e Sharqi menekankan bahwa bulan suci Rajab merupakan kesempatan besar untuk mendekat kepada Allah Yang Maha Tinggi. Ia menegaskan, bekal terpenting yang dapat diperoleh manusia dari bulan Rajab adalah kedekatan dengan Allah, dan yang lebih penting adalah cara serta sarana untuk mencapai kedekatan tersebut.

Mengutip riwayat dari Sayyidah Fatimah Zahra (sa) yang bersumber dari Nabi Muhammad (saww), beliau menjelaskan bahwa para ulama umat Nabi (saww) memiliki kedudukan di sisi Allah sesuai dengan ilmu, usaha, dan kesungguhan mereka dalam membimbing masyarakat. Dalam riwayat itu, istilah jad dimaknai sebagai keseriusan dalam membimbing umat, dan Allah menjanjikan ganjaran besar di akhirat yang tak dapat dibandingkan dengan persepsi duniawi.

Dunia dan Akhirat

Perwakilan Pemimpin Tertinggi di Irak menjelaskan perbandingan antara dunia dan akhirat dengan kondisi janin dalam kandungan. Dalam riwayat disebutkan, hubungan manusia dengan hari kiamat seperti hubungan janin dengan dunia luar. Janin memiliki mata dan telinga, tetapi lemah atau tertutup, sehingga persepsinya sangat terbatas. Ketika lahir pun, ia masih membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk mencapai kedewasaan. Demikian pula, dunia ini tidak sebanding dengan akhirat yang memiliki dimensi jauh lebih luas.

Ia menambahkan, mungkin Allah akan memberikan manusia di akhirat alat persepsi baru: mata yang dapat melihat dari segala arah, kemampuan menembus dinding, atau menangkap jarak yang sangat jauh dalam sekejap. Energi yang kini bekerja di alam semesta bisa diberikan kepada manusia di akhirat. Bahkan konsep “pakaian” di akhirat hanyalah bentuk penghormatan, yang hakikatnya tidak dapat dipahami dengan persepsi duniawi.

Ayatullah Huseini menegaskan bahwa pahala amal dan ibadah yang disebut dalam doa maupun riwayat tidak memiliki ukuran pasti seperti transaksi duniawi. Kadang disebutkan suatu amal memiliki pahala tertentu, tetapi hal itu bergantung pada kondisi dan situasi. Dua rakaat shalat Imam Ali (as) tidak dapat dibandingkan dengan shalat manusia biasa, karena perhatian hati, kondisi batin, dan niat beliau memiliki kualitas jutaan kali lebih tinggi.

Penutup

Di akhir, beliau menegaskan bahwa manusia harus senantiasa bersyukur, baik doa dikabulkan maupun tidak. Kesabaran memang diperlukan, tetapi bukan kesabaran yang disertai ketidakpuasan atau keluhan terhadap Allah. Ia menekankan, keluhan seharusnya diarahkan kepada Allah, bukan tentang Allah. Perbedaan halus antara “dari Allah” dan “kepada Allah” merupakan poin penting yang dapat menciptakan jarak sejauh bumi dan langit dalam keadaan batin manusia.

Tags

Your Comment

You are replying to: .
captcha